Sabtu, 12 Februari 2011

Tangisan Masjid Reot

Subuh sudah mulai menghampiri belahan bumi bagian barat, sayup-sayup terdengar suara Al-quran yang begitu menyejukan hati bagi yang mendegarkannya dengan nurani...dinginnya tak sanggup kupeluk, tak sanggup q kalahkan...hingga q hanya mampu melanjutkan mimpi indah tentang kedahsyatan "CINTA"...sungguh ada apa denganmu duhai bidadariku??? Sedikitpun hatiku tidak tergerak mendengar seruanmu, seakaan semua hanya angin lalu yang terbang bebas kemanapun dia suka. Elokmu tak lagi mampu merengkuhku dalam mimpi, bahkan senyum manismu tidak lagi hadir dalam lamunanku. Tiba-tiba terdengar suara yang begitu syahdu.. .duhai pangeran, akulah yang sebenarnya kau inginkan, lihatlah lentik bulu mataku, tataplah mataku, pandanglah dengan seksama bukankah aku begitu elok rupawan, senyumku adalah pancaran dari kasih sayangku padamu...suara merduku adalah hasil dari ayat-ayat Cinta darin-Nya yang selalu q baca setiap malam...disaat manusia tertidur pulas...disaat udara dingin sedang menyihir seluruh penghuni jagad raya...Namun aku mampu untuk mengalahkannya. Tidakkah engkau sadar pangeran, mukena yang selalu menemaniku disepertiga malam ini menjadi saksi bisu, air mata penuh penyesalan telah membasahi pelupuk mata ini disaat sujud memohon ampunan Sang Penguasa. Pangeran....bangunlah dari tidur panjangmu, tidakkah engkau peduli akan perjuanganku ini??? Pangeran...wahai bidadari siapakah engkau???Mengapa engkau menggangu lamunanku dalam mimpi...? Aku bukanlah sesuatu yang patut kau perjuangkan..."Cukup" jangan kau teruskan kata-katamu...Aku tidak bermaksud untuk meraih cintamu, aku hanya menyampaikan salam dari masjid reot yang selama ini kesepian...Dia rindu akan salam umat manusia yang selalu memasukinya, rindu menjadi tempat sujud, menjadi curahan isi hati kepada Pemiliknya, menjadi pelebur dosa, menjadi kendaraan menuju Surga yang penuh dengan kenikmatan. Pangeran tahukah engkau,,,apa yang lebih indah dan istimewa selain SURGA...??? Pangkatmukah..? Hartamukah..? Bidadari Duniamukah..?
          Satu jam telah berlalu, terkejut q mendengar bahwa kumandang Azdan subuh telah memecah mimpiku...seperti kucing dalam karung, mataku masih remang-remang memandang sekeliling tempat tidurku...Ku lihat sebotol aqua yang berada diatas tv segera ku hampiri dan ku hilangkan dahagaku disaat itu juga,,,hoohhhh pagi ini membuatku harus berjuang keras membuka mata ini...Hingga ku melewatkan episode indah jamaah subuh dimasjid reot.
          Masjid itu, ya masjid itu begitu memperihatinkan, seperti mimpiku semalam...tepatnya dipekanbaru, didepan hotel IBIS yang megah, hingga kemegahannya sampai pada telinga penghuni yang ada didaerah pekanbaru...ada gang bernama gang pias...sekitar 150 meter masuk kearah timur, jika kalian mengikuti gang pias lurus tanpa belok hingga mentok dipertigaan belok kanan 20 meter disitulah letaknya masjid reot yang kucerita
kan. Terbuat dari papan, beratapkan seng, berlantaikan timbunan tanah yang sama sekali tidak presisi kerataannya lantas dicor dan diplaster dengan semen,,,plesterannya pun sama sekali jauh dari halus...jadi jika kalian masuk kedalamnya maka akan terasa bagaimana kasarnya lantai tersebut ditelapak kaki. Beruntung ada beberapa karpet berwarna merah tua bergambarkan masjid yang mungkin hasil dari sumbangan para donatur, sehingga ketika sujud dahi kita tidak terasa sakit. Ada beberapa tiang yang menyangga bagian atap, jangan berfikir tentang tiang beton atau cor-coran yang kokoh dan indah karena telah direlief dengan berbagai macam warna keramik, melainkan tiang tersebut terbuat dari kayu-kayu yang sudah rapuh, seakan-akan enggan untuk memikul beban dipundaknya, ingin rasanya tiang itu segera roboh dan dibumi hanguskan diganti dengan yang lebih kokoh, saking bosannya diapun mengirimkan pesan kepada para penghuninya. Pesan itu berbunyi lihatlah aku, jika kalian tarik garis lurus horizontal tepat dilantai dan garis lurus kearah vertikal maka sudutku sudah tidak lagi tegak lurus 90 derajat, malainkan sudah tinggal 60-an derajat. Terbukti secara visual bahwa bagunan masjid sederhana itu condong beberapa derajad menuju arah kiblat. Didalamnya terdapat satu sapu lantai, yang menurutku tidak layak untuk dijadikan sapu lantai, mungkin lebih cocok untuk menyapu halaman. Ada dua tangga bersandar didinding papan diurutan shaf paling belakang, mimbar terbuat dari papan ala kadarnya, tidak mengutamakan kualitas namun fungsi dan manfaatnya yang mungkin lebih diutamakan, terutama sangat difungsikan saat sang khatib sedang berkutbah jum'at atau kutbah ke dua hari raya istimewa bagi umat islam yang tiap tahun dijalaninya. Astaghfirullah...tidak dapat merasakan kegelisahan ini, inilah akhir zaman berlomba-lomba menuju kehancuran...tak peduli, tak respek, tak mau tahu dan sebutan-sebutan lainnya adalah kenyataan hidup saat ini...tidak didesa, tidak dikota, dari sabang sampai merauke q bisa menyimpulkan bahwa banyak sekali mesjid yang berdiri tegak namun sungguh sedikit sekali orang2 berdiri tegak untuk menghadap kepada Allah. Tangisku memecah keheningan malam yang membuat rasa bersalahku selama ini, karena telah menyia-nyiakan kesempatan yang hanya sekali seumur hidup ini.
         Sore itu terdengar seruan ayat-ayat Al-qur'an memecah suasana yang hening dibasahi oleh rintik-rintik air hujan, hatiku gelisah karena diriku masih berada dalam perjalanan menuju kost dimana aku tinggal. Dan yang lebih membuatku gelisah ketika mimpiku semalam semakin melekat dalam ingatanku....duhai apa yang harus q lakukan??? segeralah q bergegas, sesampainya dikost. Q hirup udara kelelahan yang mulai menggoda, acara televisi yang mulai merayu, kopi hitam dan makanan ringan menarikku, suara musik yang syahdu membiusku...hingga q hentakkan kedua tanganku, Tidddddddaaaaaaaaaakkkkkk, semua hanya rayuan setan. Allahuakbar, q sucikan jiwa ragaku, q guyur jasad ini sebelum q tidak mampu lagi untuk mengguyurnya, q basuh mukaku, tanganku, dan rukun-rukunnya sebelum q tak mampu lagi untuk membasuhnya...q kenakan pakaian terindah yang telah dihadiahkan oleh ayahku tercinta...baju koko adalah kesukaan, dan pakaian ini adalah yang paling baru yang q miliki, terlalu kebesaran bercorakkan batik bunga-bunga membentuk sebuah pola yang indah berwarna coklat muda. Q langkahkan kakiku menuju masjid, mataku mulai berkaca-kaca, karena tangisan itu semakin memekakkan telinga, tolonglah aku, kemarilah wahai manusia beriman, datanglah, berbondong-bondong menuju kemenagan. Sesampainya dimasjid...Assalamualaikumwarahmatullahiwabarokatuh..q baca doa memasuki masjid, dan q buka pintu masjid tersebut...tangisku tak dapat aku bendung, meledaklah seluruh keluh kesah yang ada dalam dada ini....sungguh seluruh jasad ini gemetar, merinding, dan memaksaku untuk semakin terharu dan menangis sejadi-jadinya...Astahgfirullah...!
Pekan baru

0 komentar:

Posting Komentar