Sabtu, 12 Februari 2011

Jalan Pilihan

Bismillah.Dengan nama Alloh yang maha pemurah lagi maha penyayang, serta maha menjaga hati.Yang mampu membolak-balikkan hati, yang tanpa hidayah dari-Nya kita tak berada dijalan yang indah ini.Aku hanya ingin mengungkapkan sedikit rasa sedih yang cukup berkepanjangan. Dalam cerita aku mengurai kisah, kisah yang tak pantas seharusnya diungkapkan.***Aku seorang wanita yang ingin berada ditempat yang indah bersama orang-orang yang indah pula, dalam lindungan Alloh dan penjagaan dari-Nya.Aku berubah karena tekat yang muncul secara perlahan dan tiba-tiba."Aku akan mengenakan jilbab!!!"Pilihan yang sulit di zaman yang seperti sekarang ini, dimana aurat telah tak terjaga dari setiap pandangan mata, dimana kesucian adalah suatu hal yang sulit dipertahankan, dimana pacaran atau hal yang bahkan lebih dari itu bukan hal yang tabu untuk dipertontonkan dimuka umum.Tapi, niat itu begitu menggebu-gebu dihati kecilku. Sempat ragu pula kedua orang tuaku karenanya."Apa kamu yakin sudah siap?" itulah kesan pertama dan kata-kata yang aku takutkan, tetapi terucap jua akhirnya. Sedangkan ayah, saat ku utarakan niatan ku itu dia hanya terpaku, sempat melotot, kemudian berlalu menjauh dari ku.Aku tau, semua hal itu akan terjadi cepat atau lambat. Tapi, keinginanku begitu kuat. Tak terbendung lagi rasanya, akhirnya saat ku masuki jenjang sekolah menengah umum, ku paksakan kedua orang tua ku untuk setuju akan niatku. Dan semua itu berhasil, mereka setuju." Kalau kamu memang sudah berniat, lakukan dengan sebaik-baiknya. Jangan pula suatu saat nanti ketika kamu bosan dengan jilbab mu, kau lepas pula dia!!!" wanti-wanti yang aku tunggu-tunggu sebenarnya terucap dari mereka.Ku arungi jalan ini setapak demi setapak, menelusuri jalan yang aku pun masih bingung arah dan tujuannya. Ntah apa yang membuat aku begitu yakinnya, aku percaya ada jalan terang diujung sana yang membawa ku pada sesuatu yang selama ini aku tunggu.Tahun pertama aku lewati dengan biasa saja, aku masih merasa belum berbeda dari sebelumnya. Walau jilbab telah terpasang rapih menutupi kepalaku beserta mahkotanya. Kemudian, aku masuki suatu lingkungan yang luar biasa. Aku terkejut awalnya, siapa mereka? Aku kagum dengan penutup mahkota mereka yang sangat panjang dan lebar. Itu memang jilbab, tapi kenapa seperti itu. Ya itu adalah pikiran orang awam yang merasa apa yang telah dia pakai telah benar, padahal??Aku mulai bergaul dengan mereka, bersama-sama mengadakan berbagai acara islami. Perlahan-lahan aku pulai paham, aku mulai tertarik dan berniat.Disitu pula lah aku mulai menjadi pengurus organisasi tersebut, aku memang belum tau apa-apa. Dan disinilah aku bertemu dengan orang-orang yang ku cintai karena Alloh. Bersama-sama kami menjalani setiap progja (program kerja) dengan disertai bumbu-bumbu pemanisnya. Ada ribut yang membuat air mata berlinang, ada tawa yang membuat hati riang, ada kajian yang menambah pemahaman, ada masalah yang menambah pengalaman.Disini lah aku bertemu dengan sahabt-sabatku, yang aku bersahabat dengan mereka karena Alloh. Saling menguatkan untuk tetap berjalan dijalan dakwah islam. Begitu juga dengan teman pria disini, mereka telah tertarbiah dengan baik, mereka berani mengangkat celana mereka diatas mata kaki yang memang itu sunnah Rosul tanpa takut akan olokan orang-orang, tanpa menghiraukan teguran guru-guru yang meremehkan, karena mereka tau yang mereka lakukan itu benar.Orang lain bilang kalau kami terlalu fanatic, fanatic terhadap apa? Islam? Ya memang begitulah, kita memang seharusnya membuat islam itu bukan hanya sekedar tulisan di KTP untuk mengisi kolom agama, tetapi kita seharusnya membuat ajaran Alloh subhanahuwa ta’ala ini ada dan hidup  dikeseharian kita . Menghiasi setiap langkah-langkah perjalanan kita, tapi mereka tak mengerti itu.Dengan cueknya kami tetap bergaya seperti ini, aku telah terlanjur cinta dan mencintai jalan ini karena Alloh. Aku menyayangi sahabat-sahabat ku ini karena kami saling menguatkan, kami saling mengingatkan, kami saling menjaga, kami menangis ketika ada yang menangis, kami bersedih ketika ada yang bersedih, kami tertawa karena canda yang tak disengaja, kami terdiam karena ada hal yang membuat kami terpaku kagum. Kami bersama selama 2 tahun, membangun ukhuwah islamiah yang kaffah.***Tiba saat untuk kami berpisah, aku yang sesungguhnya masih dalam tarbiah, masih perlu bimbingan, masih membutuhkan penjagaan, masig butuh dukungan, dan masih membutuhkan sahabat-sahabatku.Hatiku sakit sekali, remuk rasanya ketika jauh dari mereka, ya Alloh kenapa jadi begini. Aku jatuh, jatuh sekali. Aku tak mampu menahan kesedihan ku karena berpisah dengan mereka yang aku temui dijalan Mu ini. Aku terkejut dengan lingkungan baruku diperguruan tinggi ini, mereka belum tertarbiah, mereka masih ammah. Mereka jauh dari setiap harapan awal ku, aku kecewa, aku kesal, aku sungguh terjatuh.Yang aku takutkan adalah aku takut berubah kembali kejalan yang salah. Aku takut, kalau aku melupakan jalan yang telah aku telusuri dan kutapaki dengan perlahan-lahan ini. Aku taku!‼Apa yang harus aku lakukan, aku meradang. Aku tak menerima diriku yang sekarang, aku seolah kehilangan tautan hati yang selama ini kumiliki. Aku seperti kehilangan sandaran diri yang selama ini kujaga dan kujaga. Aku seperti kehilangan penguat yang dapat menguatkanku. Aku kehilangan sahabat-sahabat ku.Tanpa ku sadari, kebencianku pada diri baruku dan lingkungan baruku mulai membuat diriku berubah. Aku yang dulu berbicara dengan pria pun tak sering dan kalaupun iya, kutundukkan pandangan ku secara perlahan. Kini mulai hilang kebiasaan itu, kini mulai pudar kebiasaan itu, mulai tak tampak. Aku yang dahulu tak ingin berlama-lama dekat dengan pria, kini mulai lupa akan hal itu. Aku benci itu, aku benci diri baru ku itu. Aku sangat benci, sangat-sangat benci.Aku tak ingin begini ya Alloh, aku sedih. Apa yang harus aku lakukan? Astagfirulloh hal adzim..Dalam benciku itu yang mulai merubah diriku, salah satu sahabat ku yang jauh disana merasakan kesedihan dan kebencian yang aku rasakan. Ya Alloh, Engkau tunjukkan ikatan persaudaraan karenaMu yang begitu erat ya Robb. Aku tak percaya, dia tau apa yang berubah dari diriku. Dia mengatakan bahwa aku mulai egois, egois yang dulu bahkan tak setampak sekarang.Aku akui, ya Robb. Dulu aku tak seperti ini, aku tak seperti ini. Aku berusaha menahan setiap amarah yang aku rasakan, walau aku kesal aku tak ingin orang tau kekesalanku, walau aku sedih aku tak ingin mereka merasakan kesedihanku walau berkali-kali itu pula sahabat-sahabatku ini  tetap merasakan kesedihanku yang mendalam. Aku yang dulu tak ingin membuat orang salah paham dengan kata-kataku, karena aku sadar aku orang yang cukup kasar. Sekali bicara orang bisa salah paham, jadi ku putuskan untuk berusaha memilih-milih tiap kata dipikiranku sebelum berbicara.Tegurannya begitu menusuk jantungku, dia bilang aku takut kalau teman-teman ku berubah kekeburukan. Aku akui lagi itu, aku memang takut sahabat-sahabat ku berubah. Dia bilang kalau aku tak sayang diriku yang sekarang. Ya memang, hal apa yang membuat aku dapat menyayangi diriku yang seperti ini? Tak ada satu pun.Aku katakana pada dirinya, kalau aku kehilangan kalian wahai saudari-saudariku, yang aku temui dijalan Alloh. Aku memang seperti ini, ketika aku telah menyayangi sesuatu aku akan menyayanginya sampai kapan pun. Begitu pula dengan mereka, aku telah terlanjur jatuh cinta dengan setiap sikap mereka, aku telah terlanjur jatuh hati dengan tingkah laku dan perkataan mereka. Aku tak dapat semudah itu berpaling ke orang lain. Maka ketika kalian berpisah denganku, aku sakit dan terjatuh karenanya. Aku kehilangan tempat sandaran dan tautan hatiku wahai sahabat. Seketika itu dia mendengar kata-kataku, dia lalu menasehatiku, sekonyong-konyongnya. Dan dari setiap kata yang mengena dihatiku, ada beberapa kata yang sangat menusuk dijantungku, kurang lebih begini.“wahai saudari ku, aku tau akan sifat mu itu. Maka kau telah terpaut pada kami. Dan itu salah, kau harus ingat bahwa sesungguhnya tempat kita berpaut dan bergantung serta menyandarkan hati hanya lah Alloh ta’ala. Karena hanya Dia lah yang sekali-kali tak akan meninggalkan kita, jadi sandarkanlah setiap hal dalam diri mu hanya pada Nya. Dan karena itu, ketika tiba waktunya kami meninggalkanmu untuk selamanya, kau akan baik-baik saja wahai sahabat.”Ya Alloh, subhanalloh, Alhamdulillah, aku sungguh tertegun karena ucapannya. Maka air mataku pun mengalir deras karenanya, bak air terjun jatuh dari pegunungan yang menjulang. Tetapi aku senang, aku lega. Dan kini aku sadar dan ingat akan hal itu. Hal yang tadi nya hampit kulupakan. Alhamdulillah, Engkau masih berkenan menegurku melalui dirinya ya Robb.***Mulai hari itu, ku coba untuk menerima diriku yang ini. Walau berat dihati, namun tetap kucoba tuk jalani. Aku berusaha, menerima diriku, perubahan yang kurasakan. Aku memang tak senang, dan itu bagus menurutku, itu baik. Mengapa? Karena, karena hal itu aku biasa berusaha berubah, kembali kejalan yang lurus dimata Alloh ta’alla, berusaha bertahan ditengah terpaan angin kegalauan. Aku masih dalam persimpangan jalan, aku juga takut kalau aku tak mampu bertahan. Kalau pun itu terjadi, bagaimana kedepannya aku, aku bingung.Dan semakin kentaralah perubahan diriku, makin seringlah komunikasi ku dengan pria-pria itu. Hati ku berat, tapi apa mau dikata??? Makin kentaralah diriku kini, aku sadar akan hal itu. Dan itulah yang makin membuat hatiku bak disayat pisau kemudian ditetesi perasan buah jeruk yang asam lagi kecut. Pedih sekali, tak tertahankan rasanya, dan jau hlebih sakit dari kejadian apapun (saat ini). Lalu, suatu hari yang sungguh tak kusangka-sangka pun tiba. Ketika itu, aku duduk dibelakang walau memang tak terlalu dibelakang. Lalu, aku mulai berbincang dengan salah seorang teman sekampusku, dia seorang gadis yang baik lagi ramah, tetapi ya..dia senang sekali bergurau. Ketika itu dia bilang dan menceritakan tentang seorang temannya. Menceritakan bahwa dia mulai berubah semenjak berjilbab, bahwa pergaulannya  pun sama berubah. Dulu yang jika dia menyukai seseorang, dia berusaha bagaimana orang itu dapat menyukainya juga. Tatapi kini, yang dia bayang kan bahwa itu tak benar, itu tak baik, dan Alloh selalu melihat setiap gerak gerik kita. Lalu, tiba sampai pada suatu bahasan. Bahwa teman ku itu kaget ketika melihat salah satu biodata ku tertulis bahwa aku berpacaran. Dia bilang dia kecewa pada ku, dia sedih. Kenapa aku yang begini pun dapat melakukan hal itu.  Dia bilang dia memperhatikanku, karena ketika awal perjumpaan, ketika itu kami sedang berdiskusi tentang jilbab, menurutnya aku terlihat lembut. Ya Alloh, sesungguhnya dia tak tau aku yang sesungguhnya, dia tak tau dosa apa yang telah kuperbuat, dia tak tau apa-apa yang aku sembunyikan dibaling jilbabku ini.Aku merasa bersalah, karena telah membuat dia ragu dengan apa yang mulai ingin dia teguhkan dalam hatinya. Kemudian, seorang teman pun menegurku. Bahwa aku kini mulai tampak berubah, aku mulai terlihat sifat asli ku yang cukup tidak baik untuk ditampakkan didepan para pria. Memang aku seperti itu dari dulu, tetapi hanya terlihat didepan para wanita, yang memang itu sahabat-sahabatku.Aku tau ini semua teguran untukku. Dan aku bersyukur, bahwa Alloh masih berkenan menegurku, mengingatkan diriku. Lebih baik, dari pada aku dibiarkan semakin jauh semakin jauh. Dan kini ketakutan ku berubah. Aku takut aku mulai tinggi hati atau pun sombong, dan semoga itu tak terjadi. Aku akan berusaha merubah diriku, menjadi diri yang baru, menjadi diri yang lebih baik lagi. Dengan tetap berpegang teguh dalam syariat Alloh, dalam setiap sunnah Rosul-Nya, dan setiap ayat di kitab-Nya. Semoga kita semua dapat menjalani keseharian ini dengan tetap berniatkan karena Alloh semata. Amin ya Robb.Wallohu a’lam. Semoga bermanfaat, walau sesungguhnya ini tak ada apa-apanya. Walau sesungguhnya, mungkin tak jua ilmu didalamnya. Tetapi, semoga ini dapat menjadi sebuah pengalaman. Menjadi cambuk bagi kita untuk menjadi dan mengarungi jalan kebaikan, disisi Alloh ta’alla.

0 komentar:

Posting Komentar