Rabu, 16 Februari 2011

Si Pitung

Si Pitung

Suatu hari di kampung Rawabelong, hiduplah sepasang suami istri bernama Bang Piun dan Pok Pinah. Mereka mempunyai seorang anak yang bernama Pitung. Mereka menitipkan anaknya kepada Haji Naipin, Guru haji yang terkenal di kampungnya, untuk belajar mengaji dan bela diri.
Pitung: hiaaaaat! Hiaaaaaat!(zzz)
Haji: Bagus Pitung! Matamu juga harus awas! Nah begitu! Inget, tung, silat ntu Cuma buat ngelindungi diri. Jangan kau buat untuk mencelakakan orang lain!
Pitung:baik guru! Saya mengerti!
Haji: Bagus itu, Tung! Habis ini kita ngaji.
Pitung: baik guru
Haji Naipin mempunyai banyak murid. Mereka taat dan patuh pada gurunya. Siang malam mereka belajar mengaji, membaca, menulis huruf Arab, serta berlatih bela diri. Mereka juga menjalankan salat lima waktu. Pada bulan Ramadhan, mereka menjalankan ibadah puasa. Suatu sore ketika pulang mengaji
Bang Piun:Kamu senang tinggal di tempat Haji Naipin, Tung?
Pitung:Seneng sekali beh , disono banyak temen.
Bang Piun:kamu udah pinter ngaji ya?
Pitung:dikit-dikit, beh
Bang Piun: Syukurlah, Tung. Pokoknya kamu nurut saja sama gurumu itu. Babe ikut senang kamu jadi muridnye.
Pitung:Baik beh, aye bakalan jadi murid yang baek.
Bang Piun: Ha… ha… ha…, itu baru anakku
Mpok pinah:Jangan lupa! Kamu harus terima kasih sama gurumu! Gurumu itu guru yang baek.Kalo kamu pergi ngaji lagi, bawain masakan ini buat dia! Bilang aja ini oleh-oleh dari ayahmu!
Pitung:Emangnya dulu babe sama haji naipin temen akrab yah?
Pok Pinah: BIsa dibilang begitu sih. Mereka ntu temen lama. Dulu ayahmu juga belajar ilmu yang sama. Cuman ayahmu luka waktu lagi latihan.
Bang Piun:ha…ha…ha… Babe inget waktu itu. Waktu itu Babe ngelupain kata-kata guru Babe. Katanya ga boleh “ngegunain” ilmu itu buat ngecelakain anak kecil, terus anak itu ngehindar. Terus kaki Babe kena pohon kelapa di seberang rumah Bang Ijah.
Pitung: Kata-kata guru itu harus diinget kan be?
Bang Piun:Betul itu tung! Jangan sampe lupa itu!
Keesokan harinya, sehabis salat subuh
Pitung:hoaaahmmmm….. Hari ini nyak masak apa? Mau Pitung bantuin ga?
Pok Pinah:Ibu lagi masak makanan kesukaan kamu, kalo kamu masih ngantuk, tidur aja lagi, ga usah bantuin ibu.
Pitung:Bener nyak ga mau dibantuin Pitung?
Pok Pinah: Udah tidur aja lagi, tuh mata kamu masih ngantuk.
Pitung:Ya sudah kalau begitu…
Pok Pinah memang selalu membiarkan Pitung tidur sampai siang bolong di hari libur. Tetapi tidaklah demikian menurut Bang Piun, yang sedang berada di kamar, yang kebetulan mendengar percakapan mereka.
Bang Piun:Tung! Jangan tidur lagi, lebih baik kamu gembalakan saja kambing ini ke pinggiran hutan sana. Disana banyak rumput yang masih hijau, kambing-kambing suka itu!, hari ini babe mau berkeliling kampung mencari buah-buah tetangga untuk dibeli.
Pitung:baikbe!
Pok Pinah:Tung, kan kamu sampai sore, bawa bekal ini!
Pitung : terima kasih nyak!
Kehidupan keluarga Bang Piun memang serba terbatas, untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, mereka bergantung kepada hasil pertanian yang relatif sedikit. Untuk menambah penghasilan, bang Piun sering berkeliling kampung untuk mencari buah-buah yang tumbuh di kebun tetangga, kemudian ia jual lagi setelah diperam. Pada suatu hari, bang Piun ingin menjual kambingnya. Sayang, saat itu dia berhalangan. Lalu ia memanggil Si Pitung.
Bang Piun:Tung, bawa dua kambing ini ke tanah abang, jangan dijual kalo harganya masih terlalu murah, jelas Tung?
Pitung:Jelas be!
Bang Piun:Babe percaya kamu pasti bakal untung dan membawa pulang uangnya. Lalu si pitung menggiring dua kambingnya ke pasar Tanah Abang. Sesampainya di sana, kambingnya segera dikerumuni pedagang karena gemuk dan sehat.
Dalam waktu singkat si Pitung sudah bisa menghitung uangnya. Ia memutuskan untuk pulang setelah solat lohor di mesjid. Di perjalanan pulang, Ia bertemu dengan gerombolan berandalan.Mereka mencopet uang Pitung tanpa sepengetahuannya.
Segera Pitung menghampiri berandalan itu, benarlah apa yang diperkirakan Pitung, memang mereka yang mencopet uangnya. Namun, berandalan itu enggan mengakui perbuatan mereka, sehingga adu tinju pun tak terelakkan lagi. Karena sudah biasa dilatih silat, maka berandal itu pun kalah tangkas daripada si Pitung dan menyerah.
Lalu mereka berteman dan menjadi pengikut dari si PITUNG mereka adalah jiin dan jampang. menemukan suatu cara Untuk menggunakan kekuatan mereka untuk kebaikan, memang harus ada korban harta benda, namun ada manfaat di balik semuanya itu. Rakyat yang menderita mendapat bantuan. Baik berupa uang maupun makanan.
Di suatu rumah di dekat jembatan Lima
Pitung: hari ini kita akan mencuri dari rumah besar ini. Hati2 jangan sampai ketahuan para centeng.
Jiin: baik.
Aksi pitung dan gerombolannya membuat para polisi dan serdadu kompeni marah besar.
Schout: (Menggebrak meja)Apa saja yang kalian kerjakan. Kenapa kalian tidak dapat menangkap gerombolan pencuri tersebut?!
Serdadu1: mereka beraksi dengan sangat bersih tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Dan mereka juga bergerak dengan sangat lihai.
Schout: saya tidak mau tahu. Pokoknya kalian harus dapat menangkap gerombolan tersebut dan jangan pernah kembali sebelum mereka tertangkap!
Pada suatu malam ketika pitung sedang beraksi ternyata gerak geriknya sudah tercium oleh para serdadu. (suara tembakan)
Serdadu1: sekarang kau tidak bisa lari lagi. Akhirnya si putung berhasil tertangkap, namun beberapa hari kemudian si pitung berhasil melarikan diri melalui atap.
Serdadu1.: si pitung kabur! Si pitung kabur!
Schout: bagaimana bisa!? Cepat temukan dia.
Serdadu 1: itu dia!
Schout: tembak dia! (bunyi tembakan)
Namun semua tembakan tidak berhasil melumpuhkan pitung.schout pun berpikir.
Schout: bagaimana mungkin peluruku tidak melukainya. Apakah mungkin pitung kebal terhadap peluru?
Akhirnya si pitung berhasil melarikan diri dari serdadu kompeni.beberapa hari kemudian.schout bersama serdadu memasuki kampung rawabelong untuk mencari keberadaan si pitung.
Schout: cepat kumpulkan para lelaki di kampung ini
Serdadu 1: baik! Dan akhirnya pok minah, bang piun dan haji naipin ditangkap karena mempunyai hubungan dengan si pitung.
Schout: cepat katakan! Mengapa si pitung kebal terhadap peluru
Haji naipin: (dengan gugup) a..k..u tidak tahu.
Schout: jangan berbohong! Atau kau ingin peluru ini menembus kepalamu Dengan berat hati haji naipin membuka rahasia kekebalan muridnya.
Di waktu yang sama si pitung tengah berada di rumah kekasihnya di kotabambu. Lantas pergilah schout dan pasukannya ke sana.
Scout: pitung cepat keluar! Rumah ini sudah dikepung oleholeh pasukan ku. Menyerahlah.
Kemudian terjadilah pertempuran antara schout melawan si pitung. Tetapi musuh terlalu kuat sehingga hanya pitung yang dapt bertahan.
Schout: cepat lemparkan telur busuk itu.
Serdadu 1: baik!
Schout: sekarang. Tembak!
Serdadu 1 (suara pistol) Kemudian tamatlah riwayat si pitung.
Namun, karena jasa-jasanya bagi rakyat kecil yang pernah ditolongnya, si pitung tetap dikenang sebagai pahlawannya. Akan tetapi bagi orang yang pernah dirugikan, si pitung tetap dianggap sebagai penjahat. Dia sudah sepantasnya mendapatkan ganjaran itu

0 komentar:

Posting Komentar